Friday, April 15, 2016

Fanatisme adalah Akar Munculnya Sekte Agama; Kazanah Teologi


Fanatisme adalah faham atau perilaku yang menunjukan ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebihan. Dalam konteks hidup beragama, fanatisme telah melahirkan apa yang disebut sekte-sekte, golongan atau aliran. Sekte dalam hidup beragama pertama kali terjadi antar penganut agama Ibrahim, yang melahirkan tiga agama besar dalam sejarah; Yahudi, Nasrani (Kristen), dan Islam. Dan dalam perkembangan selanjutnya, tiga agama besar tersebut masing-masing melahirkan kembali berbagai sekte atau aliran yang masing-masing sekte mempunyai klaim kebenaran dan keimanannya masing-masing.


Seseorang yang fanatik menurut Winston Churchiil, tidak akan bisa mengubah pola pikir dan tidak akan bisa mengubah haluannya. Bisa dikatakan seseorang yang fanatik mempunyai setandar yang ketat dalam pola pikirnya dan cenderung tidak mau mendengarkan pendapat atau ide yang bertentangan. Bahkan bisa jadi apapun dilakukannya untuk mempertahankan ‘kebenaran’ yang di anutnya itu, meskipun harus dengan memutarbalikan data dan fakta.

Maka dalam konteks Khazanah sejarah Islam, munculnya apa yang disebut dengan hadits-hadits palsu. Meskipun memang hadits palsu banyak ragam konteks dan latar belakang pembentukannya, namun yang ditekankan disini bahwa hadits palsu muncul akibat dari sikap fanatik terhadap golongan atau haluan faham yang dianutnya. Maka demi pembenaran terhadap aliran atau paham yang dianutnya, mereka berani berdusta, merekayasa perkataan yang dinisbahkan kepada Nabi saw. 

Adapun dalam konteks antar pemeluk agama, A-Qur’an menegaskan adanya perubahan firman-Firman  Allah yang dilakukan oleh kaum bani Israil yang suka membangkang dan sebagian oleh Ahlul Kitab. “Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? (QS. 2:75)


Fenomena Kristen-Syiah
Nabi Muhammad Saw. dalam salah satu haditsnya telah menjelaskan akan prototipe perilaku fanatik dalam beragama yang pernah terjadi dan akan terjadi. Dalam hal ini hadits Nabi yang diriwayatkan oleh sahabat Imam Ali r.a. Ali r.a berkata : “Nabi Muhammad memanggilku dan berkata kepadaku,”wahai Ali! Sesungguhnya antara engkau dan Isa bin Maryam terdapat suatu kesamaan. Orang-orang nasrani sangat mencintainya sehingga mereka menempatkan dirinya pada kedudukan yang bukan miliknya, dan orang-orang Yahudi sangat membencinya sehingga mereka bahkan berani memfitnah ibunya.” Dan Ali berkata,”dua kelompok umat akan binasa karena aku, mereka yang mencintaiku secara berlebihan atas apa yang tidak aku miliki dan mereka yang membenciku sehingga mereka memfitnahku.”

Fakta sejarah telah mengafirmasi dari kebenaran hadits tersebut. Bahwa munculnya sekte antar agama-agama di satu pihak dan sekte-sekte sesama pemeluk agama di pihak lain. Khususnya Islam dalam hal ini munculnya sekte Sunni-Syiah. Munculnya sekte Sunni-Syiah representasi dari apresiasi terhadap Ali r.a. Syiah mengklaim bahwa hanya Ali lah pengganti khalifah yang sah setelah Nabi wafat yang selanjutnya untuk masalah khilafah dalam islam terumuskan dalam doktrin imamah. Sementara Sunni memandang otoritas keempat sahabat Nabi adalah pengganti pemimpin yang ssah setelah nabi wafat. Kempemimpinan harus ditetapkan melalui konsensus.

Dalam konteks sekte antar pemeluk agama. Terutama sekali agama-agama samawi yang serumpun; Yahudi, Nasrani dan Islam. Semua agama besar tersebut menyatakan Ibrahim sebagai bapak moyang mereka, namun ketiganya mempunyai klaim kebenaran masing-masing menyangkut perbedaan dalam doktrin agama yang paling sentral. Contoh perbedaan versi sejarah tentang salib atau perbedaan konsep iman dalam Trinitas. 

Peristiwa penyaliban bagi iman Kristen merupakan konsekuensi internal dan paling dalam dari kasih yang diwartakanNya. Tragedi penyaliban yesus adalah symbol ketika seseorang mengasihi dan melakukan kebaikan terhadap orang lain tanpa syarat apapun, dia tetap tinggal dengan mereka dalam setiap situasi. Sementara bagi keyakinan Islam, bukan Yesus (Isa) yang di salib. Isa (Yesus) diangkat oleh Allah dan digantikan oleh orang yang sengaja diserupakan Allah untuk menggantikannya. Hal ini terdapat dalam Al-Qur’an, “…padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibkannya, tetapi (yang mereka bunuh) adalah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka…” (Q.S An-Nisa:157).

Demikian juga konsep Trinitas. Trinitas merupakan doktriin keimanan Kristen yang paling sentral. Keimanan terhadap Tuhan yang Esa namun hadir di dalamnya tiga pribadi; Tuhan Bapak, Putra dan Roh Kudus. Trinitas dikatakan juga dengan sebutan Tritunggal. Isa (Yesus) dalam hal ini ditempatkan sebagai sang Putra Allah. Unsur keilahian dan manusia sama-sama bereksistensi dalam diri Yesus. Hal mana konsep Trinitas ini mendapat sanggahan keras oleh Al-Qur’an:

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:"Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam", padahal Al-Masih (sendiri) berkata:"Hai Bani Israil, sembahlah Allah Rabbku dan Rabbmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan:"Bahwanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Ilah (yang kelak berhak disembah) selain Ilah Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS. 5:73)”

No comments:

Post a Comment