4 (empat) tahap menggapai Tuhan, judul ini kiranya pas saya ketengahkan untuk menggambarkan usaha yang harus ditempuh setiap orang agar dapat menghayati dan mengamalkan agamanya dengan sempurna. Ibnu ‘Arabi menulis 4 tahap pengamalan
dan pemahaman dalam tasawuf: syariah, thariqah, haqiqah, dan ma’rifah.
Tiap tingkat dibangun berdasarkan tingkat sebelumnya.
Pertama
syariah, yang secara bahasa berarti ’jalan’. Ia adalah jalan yang benar
sebuah rute perjalanan yang baik, yang ditempuh oleh siapapun. Syariah berisikan
ajaran moral dan etika yang dapat dijumpai disemua agama. Syariah memberi
kita petunjuk untuk hidup secara tepat di dunia ini. Syariah adalah
tahapan yang harus ditempuh seseorang jika ingin mengetahui cara mengabdi
kepada Tuhan, misalnya bagaimana tata cara berwudhu, sholat, puasa, haji, dan
lain-lain.
Tasawuf
tanpa syariah bagaikan membangun rumah berpondasikan pasir. Tanpa kehidupan
yang dibangun teratur dari prinsip moral dan etika yang kuat, maka tidak ada
mistisisme yang dapat berkembang.
Kedua
thariqah, thariqah adalah pendayagunaan syariah dalam
rangka menyempurnakan diri dihadapan Tuhan. Bagaimana seorang muslim
mengembangkan diri dalam rangka mencari ridha-Nya. Bagaimana dia aktual
ditengah-tengah masyarakatnya, itulah thariqah. Bagaimana ia
meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya, itulah thariqah. Tentu
saja thariqah seseorang dengan yang lainnya berbeda-beda menurut
kemampuan dalam melaksanakan dan mendayagunakan syariah.
Ada juga
praktek-praktek thariqah seperti naqsabandi, qodiriah, alawiah, dan
lain-lain, mereka juga sedang berthariqah. Namun bagi orang yang tidak
mengikuti aliran-aliran tersebut bukan berarti tidak berthariqah, sebab
mereka juga sedang menempuh jalan (thariq), menyusuri lorong-lorong
kebenaran agama. Bila
syariah membuat penampilan luar kita bersih dan menarik, maka thariqah diciptakan untuk
membersihkan dan menyucikan rohani kita.
Ketiga
haqiqah, haqiqah adalah makna terdalam dari praktek dan petunjuk
yang ada pada syariah dan thariqah. Ia pengalaman langsung akan
kebenaran gaib. Setelah kita berthariqah, akhirnya kita tahu untuk apa
kita berthariqah, tidak lain untuk menggapai haqiqah (hakikat)
dari segala sesuatu. Hakikat dari segala sesuatu tentunya adalah ALLAH. Soal dia
hadir dalam diri manusia itu berbeda-beda , karena yang dilayani, dikelola, dan
dibutuhkan makhlukNya berbeda-beda.
Orang
yang mengenal hakikat, hilanglah dukaanya, karena tidak ada yang tampak
didepannya kecuali ‘wajah Allah’. Allah memberikan kesulitan dan kesakitan
bukan berarti Allah sedang menganiaya hambaNya, melainkan sedang mengembangkan
sisi dalam diri kita agar lebih luas persepsi kita tentang kenyataan.
Keempat
ma’rifah, ma’rifah atau pengetahuan, ia adalah kearifan yang
dalam atau pengetahuan akan kebenaran spiritual. Ma’rifah adalah
mengenal Tuhan lebih dekat. Jika kita telah ma’rifah, niscaya Tuhan akan
banyak memberikan informasi, sehingga kita tidak akan terkejut manakala tahu
apa yang dikehendaki Tuhan sebenarnya dengan menghadirkan kenyataan-kenyataan
pada diri kita. Informasi Tuhan tersebut adalah informasi yang lahir dari
pengalaman-pengalaman ketika kita melakukan ibadah-ibadah (ritual) dan ketika
kita menjamah kenyataan berhubungan dengan manusia serta berhubungan dengan
alam. Informasi tersebut merupakan yang mahal yang disebut ‘ilmu hudhuri’ yaitu
ilmu yang hadir dalam hati
Mungkin
sebagai konklusi, Ibnu Arabi menguraikan keempat tingkat tersebut dengan sebuah
ilustrasi; pada tingkat syariah, “milikmu dan miliku” yakni hukum keagamaan
menjamin hak individu dan hubungan etka di antara manusia. Pada tingkat thariqah,
“miliku adalah milikmu, dan milikmu adalah miliku”, para sufi diharapkan
memperlakukan sesama mereka seperti saudara. Pada tingkat haqiqah, “tidak
ada miliku dan milikmu”, para sufi diharapkan menyadari bahwa segalanya berasal
dari Tuhan. Mereka hanyalah pengemban amanah, mereka tidak memiliki apapun.
Pada tingkat ma’rifah, “tidak ada aku dan kamu”. Masing-masing pribadi
menyadari bahwa segalanya adalah Tuhan, bahwa tidak ada satu pun dan tidak
seorangpun yang terpisah dari Tuhan. Inilah tujuan tasawuf.
Sumber
:
1.
KH. Muhammad Zuhri, dikenal
dengan panggilan Pak Muh, Ulama dari Pati Jawa tengah
2.
Robert Frager,
pengarang buku Heart, Self, & Soul: The Sufi Psychology of Growth,
balance and Harmony
No comments:
Post a Comment