Friday, February 20, 2015

4 (empat) Tahap Menggapai Tuhan; Khazanah Tasawuf

4 (empat) tahap menggapai Tuhan, judul ini kiranya pas saya ketengahkan untuk menggambarkan usaha yang harus ditempuh setiap orang agar dapat menghayati dan mengamalkan agamanya dengan sempurna. Ibnu ‘Arabi menulis 4 tahap pengamalan dan pemahaman dalam tasawuf: syariah, thariqah, haqiqah, dan ma’rifah. Tiap tingkat dibangun berdasarkan tingkat sebelumnya.


Pertama syariah, yang secara bahasa berarti ’jalan’. Ia adalah jalan yang benar sebuah rute perjalanan yang baik, yang ditempuh oleh siapapun. Syariah berisikan ajaran moral dan etika yang dapat dijumpai disemua agama. Syariah memberi kita petunjuk untuk hidup secara tepat di dunia ini. Syariah adalah tahapan yang harus ditempuh seseorang jika ingin mengetahui cara mengabdi kepada Tuhan, misalnya bagaimana tata cara berwudhu, sholat, puasa, haji, dan lain-lain.

Tasawuf tanpa syariah bagaikan membangun rumah berpondasikan pasir. Tanpa kehidupan yang dibangun teratur dari prinsip moral dan etika yang kuat, maka tidak ada mistisisme yang dapat berkembang.

Kedua thariqah, thariqah adalah pendayagunaan syariah dalam rangka menyempurnakan diri dihadapan Tuhan. Bagaimana seorang muslim mengembangkan diri dalam rangka mencari ridha-Nya. Bagaimana dia aktual ditengah-tengah masyarakatnya, itulah thariqah. Bagaimana ia meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya, itulah thariqah. Tentu saja thariqah seseorang dengan yang lainnya berbeda-beda menurut kemampuan dalam melaksanakan dan mendayagunakan syariah.

Ada juga praktek-praktek thariqah seperti naqsabandi, qodiriah, alawiah, dan lain-lain, mereka juga sedang berthariqah. Namun bagi orang yang tidak mengikuti aliran-aliran tersebut bukan berarti tidak berthariqah, sebab mereka juga sedang menempuh jalan (thariq), menyusuri lorong-lorong kebenaran agama. Bila syariah membuat penampilan luar kita bersih dan menarik,  maka thariqah diciptakan untuk membersihkan dan menyucikan rohani kita. 

Ketiga haqiqah, haqiqah adalah makna terdalam dari praktek dan petunjuk yang ada pada syariah dan thariqah. Ia pengalaman langsung akan kebenaran gaib. Setelah kita berthariqah, akhirnya kita tahu untuk apa kita berthariqah, tidak lain untuk menggapai haqiqah (hakikat) dari segala sesuatu. Hakikat dari segala sesuatu tentunya adalah ALLAH. Soal dia hadir dalam diri manusia itu berbeda-beda , karena yang dilayani, dikelola, dan dibutuhkan makhlukNya berbeda-beda.

Orang yang mengenal hakikat, hilanglah dukaanya, karena tidak ada yang tampak didepannya kecuali ‘wajah Allah’. Allah memberikan kesulitan dan kesakitan bukan berarti Allah sedang menganiaya hambaNya, melainkan sedang mengembangkan sisi dalam diri kita agar lebih luas persepsi kita tentang kenyataan.

Keempat ma’rifah, ma’rifah atau pengetahuan, ia adalah kearifan yang dalam atau pengetahuan akan kebenaran spiritual. Ma’rifah adalah mengenal Tuhan lebih dekat. Jika kita telah ma’rifah, niscaya Tuhan akan banyak memberikan informasi, sehingga kita tidak akan terkejut manakala tahu apa yang dikehendaki Tuhan sebenarnya dengan menghadirkan kenyataan-kenyataan pada diri kita. Informasi Tuhan tersebut adalah informasi yang lahir dari pengalaman-pengalaman ketika kita melakukan ibadah-ibadah (ritual) dan ketika kita menjamah kenyataan berhubungan dengan manusia serta berhubungan dengan alam. Informasi tersebut merupakan yang mahal yang disebut ‘ilmu hudhuri’ yaitu ilmu yang hadir dalam hati

Mungkin sebagai konklusi, Ibnu Arabi menguraikan keempat tingkat tersebut dengan sebuah ilustrasi; pada tingkat syariah, “milikmu dan miliku” yakni hukum keagamaan menjamin hak individu dan hubungan etka di antara manusia. Pada tingkat thariqah, “miliku adalah milikmu, dan milikmu adalah miliku”, para sufi diharapkan memperlakukan sesama mereka seperti saudara. Pada tingkat haqiqah, “tidak ada miliku dan milikmu”, para sufi diharapkan menyadari bahwa segalanya berasal dari Tuhan. Mereka hanyalah pengemban amanah, mereka tidak memiliki apapun. Pada tingkat ma’rifah, “tidak ada aku dan kamu”. Masing-masing pribadi menyadari bahwa segalanya adalah Tuhan, bahwa tidak ada satu pun dan tidak seorangpun yang terpisah dari Tuhan. Inilah tujuan tasawuf.

Sumber :
1.       KH. Muhammad Zuhri, dikenal dengan panggilan Pak Muh, Ulama dari Pati Jawa tengah
2.       Robert Frager, pengarang buku Heart, Self, & Soul: The Sufi Psychology of Growth, balance and Harmony

No comments:

Post a Comment