Fanatisme adalah faham atau perilaku
yang menunjukan ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebihan. Dalam konteks
hidup beragama, fanatisme telah melahirkan apa yang disebut sekte-sekte,
golongan atau aliran. Sekte dalam hidup beragama pertama kali terjadi antar penganut
agama Ibrahim, yang melahirkan tiga agama besar dalam sejarah; Yahudi, Nasrani
(Kristen), dan Islam. Dan dalam perkembangan selanjutnya, tiga agama besar tersebut
masing-masing melahirkan kembali berbagai sekte atau aliran yang masing-masing
sekte mempunyai klaim kebenaran dan keimanannya masing-masing.
Seseorang yang fanatik menurut Winston
Churchiil, tidak akan bisa mengubah pola pikir dan tidak akan bisa mengubah
haluannya. Bisa dikatakan seseorang yang fanatik mempunyai setandar yang ketat
dalam pola pikirnya dan cenderung tidak mau mendengarkan pendapat atau ide yang
bertentangan. Bahkan bisa jadi apapun dilakukannya untuk mempertahankan ‘kebenaran’
yang di anutnya itu, meskipun harus dengan memutarbalikan data dan fakta.
Maka dalam konteks Khazanah sejarah Islam,
munculnya apa yang disebut dengan hadits-hadits palsu. Meskipun memang hadits
palsu banyak ragam konteks dan latar belakang pembentukannya, namun yang
ditekankan disini bahwa hadits palsu muncul akibat dari sikap fanatik terhadap
golongan atau haluan faham yang dianutnya. Maka demi pembenaran terhadap aliran
atau paham yang dianutnya, mereka berani berdusta, merekayasa perkataan yang
dinisbahkan kepada Nabi saw.
Adapun dalam konteks antar pemeluk
agama, A-Qur’an menegaskan adanya perubahan firman-Firman Allah yang dilakukan oleh kaum bani Israil
yang suka membangkang dan sebagian oleh Ahlul Kitab. “Apakah
kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari
mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahya setelah mereka
memahaminya, sedang mereka mengetahui? (QS. 2:75)
Fenomena Kristen-Syiah
Nabi Muhammad Saw. dalam salah satu haditsnya
telah menjelaskan akan prototipe perilaku fanatik dalam beragama yang pernah
terjadi dan akan terjadi. Dalam hal ini hadits Nabi yang diriwayatkan oleh
sahabat Imam Ali r.a. Ali r.a berkata : “Nabi Muhammad memanggilku dan berkata kepadaku,”wahai
Ali! Sesungguhnya antara engkau dan Isa bin Maryam terdapat suatu kesamaan.
Orang-orang nasrani sangat mencintainya sehingga mereka menempatkan dirinya
pada kedudukan yang bukan miliknya, dan orang-orang Yahudi sangat membencinya
sehingga mereka bahkan berani memfitnah ibunya.” Dan Ali berkata,”dua kelompok
umat akan binasa karena aku, mereka yang mencintaiku secara berlebihan atas apa
yang tidak aku miliki dan mereka yang membenciku sehingga mereka memfitnahku.”
Fakta sejarah telah mengafirmasi dari
kebenaran hadits tersebut. Bahwa munculnya sekte antar agama-agama di satu
pihak dan sekte-sekte sesama pemeluk agama di pihak lain. Khususnya Islam dalam
hal ini munculnya sekte Sunni-Syiah. Munculnya sekte Sunni-Syiah representasi
dari apresiasi terhadap Ali r.a. Syiah mengklaim bahwa hanya Ali lah pengganti
khalifah yang sah setelah Nabi wafat yang selanjutnya untuk masalah khilafah
dalam islam terumuskan dalam doktrin imamah. Sementara Sunni memandang otoritas
keempat sahabat Nabi adalah pengganti pemimpin yang ssah setelah nabi wafat.
Kempemimpinan harus ditetapkan melalui konsensus.
Dalam konteks sekte antar pemeluk
agama. Terutama sekali agama-agama samawi yang serumpun; Yahudi, Nasrani dan
Islam. Semua agama besar tersebut menyatakan Ibrahim sebagai bapak moyang
mereka, namun ketiganya mempunyai klaim kebenaran masing-masing menyangkut
perbedaan dalam doktrin agama yang paling sentral. Contoh perbedaan versi
sejarah tentang salib atau perbedaan konsep iman dalam Trinitas.
Peristiwa penyaliban bagi iman Kristen
merupakan konsekuensi internal dan paling dalam dari kasih yang diwartakanNya.
Tragedi penyaliban yesus adalah symbol ketika seseorang mengasihi dan melakukan
kebaikan terhadap orang lain tanpa syarat apapun, dia tetap tinggal dengan
mereka dalam setiap situasi. Sementara bagi keyakinan Islam, bukan Yesus (Isa)
yang di salib. Isa (Yesus) diangkat oleh Allah dan digantikan oleh orang yang
sengaja diserupakan Allah untuk menggantikannya. Hal ini terdapat dalam
Al-Qur’an, “…padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibkannya,
tetapi (yang mereka bunuh) adalah orang yang diserupakan dengan Isa bagi
mereka…” (Q.S An-Nisa:157).
Demikian juga konsep Trinitas.
Trinitas merupakan doktriin keimanan Kristen yang paling sentral. Keimanan
terhadap Tuhan yang Esa namun hadir di dalamnya tiga pribadi; Tuhan Bapak,
Putra dan Roh Kudus. Trinitas dikatakan juga dengan sebutan Tritunggal. Isa
(Yesus) dalam hal ini ditempatkan sebagai sang Putra Allah. Unsur keilahian dan
manusia sama-sama bereksistensi dalam diri Yesus. Hal mana konsep Trinitas ini
mendapat sanggahan keras oleh Al-Qur’an:
“Sesungguhnya telah
kafirlah orang-orang yang berkata:"Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih
putera Maryam", padahal Al-Masih (sendiri) berkata:"Hai Bani Israil,
sembahlah Allah Rabbku dan Rabbmu". Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang
mengatakan:"Bahwanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal
sekali-kali tidak ada Ilah (yang kelak berhak disembah) selain Ilah Yang Esa.
Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang
yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS. 5:73)”
No comments:
Post a Comment