"Aku adalah khazanah tersembunyi, Aku ingin dikenal, maka Aku ciptakan makhluk". Begitulah salah satu hadits terkenal. Alam semesta ini ditetapkan sebagai
tempat untuk mencari Tuhan. Itu berarti bahwa alam semesta ini adalah cermin
ilahi. Tuhan sepenuhnya hadir di dalam diri setip orang dan dalam segala
sesuatu. “milik Allah lah Timur dan Barat, kemanapun kau menghadap,
disitulah akan kau temukan wajah Tuhan”(al-Baqarah:115). “Kami akan
memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami disegenap ufuk dan
pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Qur’an adalah
benar” (Fushilat :53).
Namun
untuk menemukan Tuhan, kita harus melihat melampaui permukaan, melihat sisi
dalam maupun sisi luar dari segala sesuatu. Hal ini berarti bahwa manusia
diciptakan untuk mencari khazanah tersembunyi, yakni Tuhan.
Segala
hal mewujudkan wajah Tuhan, baik disadari ataupun tidak. Segala hal adalah
baik, karena Tuhan baik dan indah, meskipun nampak luarnya buruk, itu bukan
berarti wajah Tuhan buruk. Tuhan dalam zatNya tetap tidak dapat diketahui dan
dipahami.
Terhadap
sesuatu yang buruk, sebagaimana yang dikatakan Jalaludin Rumi, orang hanya
mampu mengetahui sebuah hal melalui kebalikannya. Seperti kaum sufi mengungkapkannya
secara paradoksal, satu-satunya cara untuk mengetahui Tuhan adalah dengan
mengungkapkan ketidakmampuan diri orang itu untuk mengetahuinya. Meski
demikian, di dalam bentuk ataupun sifat memang mungkin untuk membayangkan
kebalikan Tuhan, sebagai contoh, kebalikan di dalam sifat Tuhan adalah
kegelapan yang diciptakan untuk memantulkan cahayaNya. Pantulan dari cahaya itu
adalah dunia ini, dan segala hal di dalamnya merupakan pengejewantahan Tuhan.
Tujuan akhir semua ciptaan tersebut adalah untuk mengetahui Dia.
No comments:
Post a Comment