Istilah jiwa dalam bahasa Arab,
yakni ruh/roh. Sebagaimana dalam firman Allah dalam Al-Qur’an QS. 15;25
“telah Kusempurnakan kejadiannya (Adam), dan Kutiupkan ke dalamnya roh-Ku”
(QS. Al-Hijr:25). Psikologi sufi mencakup sebuah model jiwa manusia yang
didasari oleh prinsip evolusi. Jiwa memiliki tujuh aspek atau dimensi: jiwa
mineral, jiwa nabati, jiwa hewani, jiwa pribadi, jiwa insani, jiwa rahasia, serta jiwa maharasia .
Tasawuf bertujuan agar ketujuh tingkat kesadaran ini dapat bekerja secara
seimbang dan selaras.
Model ini juga mengintegerasikan fisik, psikis, dan spiritual. Aspek kehidupan fisik kita ditopang oleh kearifan mineral, nabati, dan hewani. Fungsi psikis kita berakar dari jiwa pribadi. Sedangkan alam spiritual kita adalah lompatan kualitatif melampaui fisik dan psikis. Alam spiritual mencakup jiwa insani, jiwa rahasia, dan jiwa maharahasia.
FISIK
|
PSIKIS
|
SPIRITUAL
|
Jiwa mineral
Jiwa nabati
Jiwa hewani
|
Jiwa Pribadi
|
Jiwa Insani
Jiwa Rahasia
Jiwa maharahasia
|
HATI
Hati dalam istilah bahasa Arab
adalah Qolb. Hati merupakan kuil Tuhan yang terletak di dada setiap
manusia, ia diciptakan Tuhan untuk menyimpan cahaya ilahi di dalam diri kita.
Salah satu dasar tasawuf adalah membersihkan dan membuka hati, untuk menjadikan
hati sebagai kuil Tuhan. Hati adalah sumber cahaya batiniyah, inspirasi,
kreatifitas, dan belas kasih. Hati adalah rumah cinta.
Elemen penting di dalam
pengetahuan hati adalah mengalami apa yang telah kita ketahui. Setiap tindakan
dapat mempengaruhi hati, misalnya tindakan menolong akan melembutkan dan
membuka hati kita.
Empat lapisan Hati
Lapisan pertama, yakni dada/shadr, adalah inti
dari tindakan. Ia tempat interaksi antara kepribadian dan alam spiritual kita.
Di dalam dada kita dapat mengubah kecenderungan negatif kita menjadi
kecenderungan positif.
Lapisan kedua, hati/qolb,
adalah tempat pengetahuan yang lebih dalam. Tempat kesadaran kita akan
kehadiran Tuhan-sebagai kesadaran yang mengarahkan kita pada transformasi
pemikiran dan tindakan.
Lapisan ketiga, hati lebih dalam/fu’ad.
Ia tempat pengetahuan langsung. Kalau secara intelektual kita berada dalam
pengawasan Tuhan, namun pada tingkat lubuk hati terdalam, kita merasakan
kehadiran Tuhan dengan sangat jelas. Seakan-akan kita merasakan Tuhan ada
dihadapan kita.
Lapisan keempat, hati terdalam/lubb.
Kita memasuki wilayah yang maha luas. Ia berada di luar jangkau kata-kata,
teori, dan pemikiran-pemikitan. Ia adalah inti dari pemahaman batiniyah. Lubuk
hati terdalam dialiri oleh air kemurahan Tuhan. Tuhan memupuk lubuk hati
terdalam secara langsung, tanpa perantara.
“Allah menganugerahkan
kearifan kepada siapa yang Ia kehendaki. Dan barang siapa dianugerahi kearifan
itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya
orang-orang berakalah yang dapat mengambil pelajaran” (QS. Al-Hujarat : 7)
Hubungan Hati dan Jiwa
Keempat jiwa yang pertama (mineral,
nabati, hewani, pribadi) bekerja di dalam dada, yakni tingkat interaksi kita
dengan dunia. Di sini kita mengamalkan derma, pelayanan, dan
aktifitas-aktifitas keagamaan dan spiritual lainnya. Jika Jiwa-jiwa ini
seimbang, maka tindakan-tindakan ini efektif dalam perjalanan kita sepanjang
jalan kebenaran. Jika jiwa-jiwa ini tidak seimbang, maka amalan kita dapat
diselewengkan atau disabotase oleh sifat-sifat seperti kemalasan, ketamakan
ataupun egoisme.
Jiwa Insani terletak di dalam
hati dan dipancari oleh cahaya keimanan. Zikir menarik dan memunculkan jiwa
insani dan jiwa rahasia. Belas kasih adalah karakter dasar hati dan jiwa
insani. Hati adalah lokus cahaya keimanan.
Jiwa rahasia berada di dalam hati
lebih dalam (fu’ad) dan diterangi cahaya makrifat, atau pengetahuan spiritual.
Ia juga disebut dengan jiwa malaikat.
Jiwa maharasia terletak di dalam lubuk hati terdalam (lubb). jantungnya sang hati. Inila tempat penihilan diri dan penyatuan dengan Tuhan
DIRI/NAFS
Dalam psikologi sufi, istilah nafs
atau diri, atau sering juga diartika ‘ego’ adalah sebuah aspek psikis yang
pertama sebagai musuh terburuk kita. namun ia dapat tumbuh menjadi alat yana
tak terhingga nilainya. Tingkat terendah adalah nafs tirani. Ia adalah
seluruh kekuatan dalam diri yang menjauhkan kita dari jalan spiritual.
Kekuatan-kekuatan ini mengakibatkan rasa sakit dan penderitaan yang dahsyat,
dan mendorong kita untuk menyakiti orang-orang yang kita cintai.
Hubungan Nafs dengan
Jiwa
Nafs sebagai proses
interaksi antara jiwa/ruh dan jasad, ruh terbuang dari asalnya
yang bersifat immateri, kemudian nafs mulai terbentuk. Dengan demikian ruh
pun mulai terpenjara dalam benda materi dan mulai menyerap aspek-aspeknya.
Tasawuf menyediakan metode yang
memadai dan efektif untuk memahami dan mentransformasikan nafs tirani.
Metode ini termasuk observasi diri, disiplin diri, dan melihat diri senddiri
dalam diri orang lain.
“Sesungguhnya nafs itu selalu
menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafs yang diberi rahmat oleh Tuhanku,
sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyayang”. (Q.S. Yusuf:53)
Hubungan Nafs dengan Hati
Dada adalah medan pertempuran
antara kecenderungan positif dan negatif nafs. Tingkat terdalam hati
adalah sekutu kecenderngan positif nafs, dan semakin kita berhubungan
dengan tingkat-tingkat ini, maka semakin kita memiliki kekuatan untuk mentransformasi
nafs.
(sumber: Psikologi Sufi Unttuk Transformaasi; Hati, Diri, & Jiwa, Robert Frager )
(sumber: Psikologi Sufi Unttuk Transformaasi; Hati, Diri, & Jiwa, Robert Frager )
No comments:
Post a Comment